CATATAN AKHIR TAHUN : BELAJAR SABAR
Tahun 2017
menjadi tahun yang sangat campur aduk bagi saya, senang, sedih, haru, dan
kecewa. Mungkin sebagian dari kalian juga pernah merasakan perasaan itu dan
memang itu sesuatu yang wajar. Terkadang hidup tidak selalu diatas kan? Roda
saja berputar. Di usia saya yang hampir menginjak umur 19 tahun ini memberikan
pelajaran hidup yang sangat berharga, yaitu belajar sabar. Mungkin ini adalah
sebuah proses saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Saya yakin bahwa remaja
adalah proses pendewasaan diri. Dan tentunya itu proses itu tidaklah singkat.
Mengkaji, berdiskusi, bertemu dengan orang yang baru dikenal, mengikuti
kegiatan di luar, dan tentunya banyak membaca buku. Semua itu adalah prosesnya.
So, enjoy the process! Semua itu ada saatnya. Ketika sebuah impian/harapan
belum tercapai, sabarlah. Semua ada saatnya.
Awal tahun 2017
saya awali dengan menitipkan doa berupa harapan kepada Tuhan. Saya yakin hanya
Dia lah sebaik baiknya tempat untuk menitipkan harapan. Tak lupa dengan
mensyukuri setiap peristiwa yang telah terjadi selama setahun kebelakang.
Begitu baiknya Tuhan kepada saya, sampai sampai hampir semua harapan saya
dikabulkan oleh-Nya. Mengikuti kegiatan ini dan itu, semuanya terasa saya
sedang berada di puncak roda yang berputar.
Di pertengahan
tahun 2017, saya mengikuti tes kemampuan Bahasa Inggris sebagai syarat untuk
masuk bangku perkuliahan. Pada saat itu, saya telah mengikuti persiapan
intensif 3 bulan untuk menghadapi tes selama 2 jam tersebut. Lagi lagi, saya
berfikir bahwa saya optimis untuk lolos tes tersebut. Namun, disinilah Tuhan
menegur saya. Saya tidak lolos tes tersebut.
Tuhan
mengizinkan saya lagi untuk mengikuti tes yang ke 2. Lagi lagi, hasilnya lebih
buruk daripada yang pertama. Saya bertanya kepada diri sendiri “Buat apa
belajar selama 3 bulan jika hasilnya seperti ini? Bukankah kamu sudah sering
mengikuti international event gus? Sesusah apa sih soal nya?” disinilah
saya merasa malu dengan kemampuan diri saya sendiri. Saya merasa GAGAL. Saya
merasa sebagai SAMPAH. Saya belum bisa membuktikan kepada diri saya sendiri.
Saya merasa malu ke Tuhan yang sudah menciptakan otak dengan miliaran sel yang
melebihi kapasitas memori komputer. Saya merasa belum maksimal dalam hal
belajar. Saya bersujud menangis, lalu saya sadar bahwa hidup adalah sebuah
proses. Dari sini saya tahu arti sabar yang sebenarnya.
Kemudian, saya
diberi waktu 3 bulan lagi untuk memperbaiki semuanya. 3 bulan ini saya manfaatkan betul untuk belajar mulai dari
hal hal yang belum saya ketahui. Saya tidak akan mengecewakan dosen atau teman
teman yang memberikan semangat ke saya untuk ketiga kalinya.
Tiba lah waktu
tes ke 3. Tak lupa setiap tes berlangsung saya pasti sempatkan mengambil air
wudhu dan insya Allah akan saya jaga selama tes berlangsung. “Apapun hasilnya
yang ada, saya sudah melakukan yang terbaik” gumam saya waktu itu. Di 30 menit
awal tes, saya tidak bisa masuk di websitenya. Ya allah, cobaan apalagi ini.
Saya berusaha menenangkan diri sambil beristighfar. Tak lama kemudian saya
akhirnya bisa mengerjakan soal tesnya dengan bantuan pengawas. Saya memulai
untuk mengerjakan bagian pertama. Tak
lama, hasil nya langsung muncul di monitor computer, dan… saya GAGAL lagi. Saya
tak mau bersedih, saya langsung lanjut ke bagian kedua. Saya kerjakan dengan
focus dan tak lama kemudian hasilnya keluar dari computer. Alhamdulillah nilai
saya LOLOS di bagian ini.
Total persiapan
saya untuk mengikuti tes ini kurang lebih 6 bulan. Sudah seperti satu semester
kuliah saja. Bahkan satu semester bisa kurang dari 6 bulan. Yap, kebanyakan
aktivitas yang saya lakukan di tahun 2017 ini adalah persiapan untuk tes
tersebut. Namun, apa yang saya dapatkan? Tentu BANYAK. Mulai dari bolak balik
ke perpus untuk pinjam novel download e-jurnal Bahasa Inggris sampai latihan soal
yang bejibun banyaknya (mungkin kalau saya jilid bisa jadi skripsi kali ya?
Hehe). Setiap manusia terlahir dengan kapasitas kemampuan masing masing. Ada
yang cepet dalam hal nangkep pelajaran, ada juga yang terkadang lemot seperti
saya hehe.. Namun disamping keterbatasan itu, sabar adalah
kuncinya. Innallaha ma ashobirin (Allah bersama orang orang yang sabar). Teruslah
berproses dan yakinlah bahwa kamu bisa meraih impian kamu. Semoga impian kita semua
bisa membuat kita menjadi lebih dekat dengan Allah dan menjadikan setiap
perjalanan kita adalah ladang ibadah.
Best regards,
Nara Bagus
Komentar
Posting Komentar